Catatanbatam.com, Batam – Kematian tragis lima pekerja dalam ledakan kapal tanker MT Federal II milik PT ASL Shipyard Indonesia kembali menelanjangi lemahnya sistem keselamatan kerja di industri galangan kapal Batam. Di tengah gegap gempita pertumbuhan industri maritim, masih banyak pekerja yang mempertaruhkan nyawa tanpa perlindungan memadai.
Salah satu korban, Gunawan Sinulingga (46), seharusnya memimpin kebaktian di rumahnya, Perumahan Putri Tujuh, Batuaji, Selasa malam (24/6/2025). Namun bukan nyanyian pujian yang terdengar, melainkan isak tangis keluarga dan pelayat. Gunawan pulang dalam peti jenazah, bukan sebagai tuan rumah ibadah, melainkan sebagai korban dari sistem yang gagal menjaga keselamatan buruh.
Ledakan yang Mengoyak Banyak Kehidupan
Insiden itu terjadi saat para pekerja memperbaiki tangki kapal di galangan Tanjunguncang. Dugaan sementara menyebutkan percikan dari alat kerja memicu uap gas dalam ruang lambung, yang berujung pada ledakan dahsyat.
“Kami lagi kerja, tiba-tiba ‘duaar’,” kata Alatas Manopan Silaban, salah satu korban selamat.
Ledakan tersebut menewaskan:
Gunawan Sinulingga (46)
Hermansyah Putra (30)
Berkat Setiawan Gulo (22)
Janu Arius Silaban (24)
Upik Abdul Wahid (32)
Tiga lainnya masih dirawat karena luka bakar serius.
Bukan Sekadar Kecelakaan, Tapi Alarm Kealpaan
Pihak kepolisian dan instansi terkait menyelidiki penyebab pasti. Namun ini bukan kali pertama terjadi insiden mematikan di galangan kapal Batam. Banyak pihak mempertanyakan apakah standar keselamatan kerja benar-benar ditegakkan atau sekadar formalitas demi lolos audit.
“Tragedi ini bukan musibah biasa, ini akibat kelalaian sistemik,” ujar seorang aktivis ketenagakerjaan di Batam yang enggan disebutkan namanya.
“Selama pekerja terus dianggap disposable, kita akan terus melihat peti mati pulang lebih cepat dari target proyek.” Tambahnya.
Duka yang Tak Akan Selesai
Keluarga Gunawan kini harus menata hidup tanpa sosok ayah dan suami yang selama ini menjadi tumpuan. Jenazahnya dibawa ke Deli Serdang, Sumatera Utara, untuk dimakamkan di kampung halaman.
“Dia ingin pulang lebih cepat bantu kebaktian, tapi Tuhan lebih dulu memanggil,” kata istrinya.
Komentar